Senin, 14 November 2016

Perbandingan Performa RB450G,RB850Gx2 dan RB750Gr3

Ada yang baru dari produk Mikrotik. Penasaran produk baru seperti apa yang diperkenalkan oleh Mikrotik. Bagi yang mengikuti MUM di Indonesia 2016 lalu pasti tahu. Benar, produk tersebut adalah RB750Gr3 atau biasa disebut juga dengan hEX. RB750Gr3 ini adalah produk routerboard penerus dari seri RB750GL. Apabila dilihat dari segi tampilannya hampir sama dengan RB750Gr2, namun untuk spesifikasi hardwarenya jauh lebih tinggi. Routerboard RB750Gr3 ini merupakan pembaharuan dari routerboard RB750Gr2 yang statusnya sekarang sudah discontinued. Kemudian yang menjadi pertanyaan, bagaimana performanya bila dibandingkan dengan seri RB450G dan RB850Gx2? Mungkin diantara kita ada yang penasaran dan masih bingung dalam menentukan pilihan mana yang lebih baik dari kedua produk tersebut. Nah, sekarang kita akan mencoba membandingkan performa antara RB450G, RB850Gx2,dan RB750Gr3 yang ketiganya sama-sama sudah gigabit ethernet.

Dibandingkan dengan RB450G dan RB850Gx2, routerboard RB750Gr3 menggunakan processor baru yakni MediaTek 2 Core 4 threads dengan arsitektur MMIPS. Dari segi kapasitas prosesornya, RB750Gr3 masih diatas RB450G dan RB850Gx2. Namun, RB450G dan RB850Gx2 memiliki stored media sebesar 512MB NAND yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan RB750Gr3 yang hanya sebesar 16MB NAND. Sedangkan pada RB850Gx2 memiliki RAM yang lebih tinggi dibanding dengan RB450G dan RB750Gr3 yakni sebesar 512MB. Menariknya, pada RB750Gr3 sudah dilengkapi adanya slot USB yang tidak ada di RB450G dan RB850Gx2. Selain itu, perangkat RB750Gr3 ini juga bisa dijadikan server untuk monitoring jaringan menggunakan the dude.

Pada RB450G dan RB850Gx2 sudah dilengkapi dengan RouterOS level 5 sedangkan RB750Gr3 hanya dilengkapi dengan RouterOS level 4.

Test 1 - Konfigurasi Dasar

Pada tahap pertama ini, kita akan coba melakukan test bandwith dengan menggunakan konfigurasi standart (Plain). Jadi, hanya konfigurasi IP Address saja yang ditambahkan tanpa ada queue tree maupun mangle didalamnya. Lalu, bagaimana hasilnya?

Pertama, kita akan mencoba melakukan pengetesan pada router RB450G. Kemudian dilihat dari performa hardwarenya, terutama pada resource CPU dan juga besar trafik yang mampu dilewatkan (Full Duplex) adalah sebagai berikut


Ketika kita coba melewatkan trafik dengan speed sekitar ±300Mbps secara full duplex, terlihat penggunaan CPU Load-nya naik mencapai 100%.

Selanjutnya kami mencoba melakukan pengetesan pada RB850Gx2 dan RB750Gr3. Hasilnya, untuk RB850Gx2 dapat dilihat sebagai berikut


Sedangkan hasil pengetesan pada RB750Gr3 adalah sebagai berikut :


Dari hasil diatas terlihat bahwa untuk trafik yang mampu dilewatkan secara full duplex (transmit & receive berjalan bersamaan) pada RB850Gx2 adalah sebesar ±450Mbps dengan CPU Load mencapai 65%. Namun, pada routerboard RB750Gr3, trafik yang mampu dilewatkan sebesar ±500Mbps dengan penggunaan CPU Load yang tidak terlalu tinggi yaitu sebesar 67%.

Test 2 - Penambahan Queue Tree & Mangle

Setelah tahap pertama selesai, kita akan coba melakukan test bandwith upload dan juga download dengan menambahkan queue tree & mangle. Pengetesan pertama dilakukan pada RB450G. Dengan total troughput bandwith sebesar 150Mbps dan mangle serta queue tree 5 client dengan masing-masing bandwith sebesar 30Mbps, maka hasil yang didapat adalah sebagai berikut


Terlihat bahwa pada RB450G masih mampu menghandle trafik sebesar 150Mbps dengan digunakan oleh 5 client secara bersamaan, namun penggunaan resource CPU Load-nya naik 100%.

Selanjutnya, pengetesan dilakukan pada routerboard RB850Gx2 dan RB750Gr3. Dan hasilnya untuk RB850Gx3 dapat dilihat seperti berikut ini

Sedangkan hasil pengetesan untuk RB750Gr3 dapat dilihat sebagai berikut : 

Hasil pengetesan pada RB850Gx2 dan RB750Gr3 terlihat bahwa dengan penggunaan resource CPU yang lumayan cukup tinggi sekitar 81%, RB850Gx2 masih mampu menghandle trafik sebesar 150Mbps dengan digunakan oleh 5 client secara bersamaan. Sedangkan pada RB750Gr3 hasilnya cukup memuaskan yakni dengan penggunaan CPU Load hanya sekitar 45%.

Kesimpulan

Dari hasil pengetesan yang telah dilakukan pada routerboard RB450G, RB850Gx2 dan RB750Gr3, kita bisa menyimpulkan bagaimana perbandingan performa dari ketiga router tersebut. Terlihat jelas bahwa performa dari RB750Gr3 jauh lebih unggul dibandingkan dengan RB450G maupun RB850Gx2. Ketika dilewatkan trafik sebesar 150Mbps dengan menambahkan queue tree & mangle, RB750Gr3 mampu meng-handle trafik tersebut dengan CPU Load sebesar 45% sedangkan pada RB450G dan 850Gx2 CPU Load-nya mencapai 100% dan 81%. Selain itu, RB750Gr3 mampu melewatkan trafik full duplex dengan speed ±500Mbps sedangkan pada RB450G hanya mampu dengan speed maksimum 300Mbps. Dan pada RB850Gx2 hanya mampu dengan speed maksimum ±450Mbps.

Walaupun dari segi trafiknya RB750Gr3 masih lebih unggul dibandingkan dengan RB450G dan RB850Gx2, namun untuk fitur saat ini masih lebih lengkap RB450G dan RB850Gx2. Misal, pada RB750Gr3 saat ini belum tersedia fitur User-Manager karena produk ini menggunakan arsitektur baru, yakni MMIPS.

Flashfig on the Router ? What's That.

Apabila kita pernah melakukan trouleshooting routerboard menggunakan Netinstall, mungkin kita pernah menemukan sebuah tombol command 'Flashfig'. Dan walaupun kita pernah menggunakan netinstall mungkin sebagian dari kita masih belum mengetahui apa fungsi dari tombol 'Flashfig' tersebut.

Singkat kata 'Flashfig' merupakan sebuah aplikasi yang tergabung dalam program Netinstall yang mana fungsinya digunakan untuk melakukan konfigurasi banyak router MikroTik dalam waktu yang singkat.
Supaya dapat menggunakan fitur 'Flashfig' ini pada RouterBoard juga didukung sebuah opsi booting yaitu Flashboot. Untuk saat ini semua jenis produk dari RouterBoard telah support dengan fitur Flashfig. Mekanisme dari Flashfig ini berjalan antara perangkat PC/Laptop yang menjalankan aplikasi Netinstall dengan mode flashfig yang diaktifkan dan juga perangkat RouterBoard dalam broadcast domain yang sama. Sehingga kita untuk dapat menjalankannya kita pastikan semua perangkat yang terkait berkomunikasi dalam satu segment.
Dan secara umum karena flashfig ini masuk dalam aplikasi Netinstall, maka penggunaan 'Flashfig' ini seperti halnya kita melakukan netinstall dimana perangkat yang akan kita lakukan konfigurasi terhubung ke jaringan menggunakan Layer2.



Lab Flashfig Configuration

Sebagai contoh untuk implementasi penggunaan flashfig disini kita akan melakukan konfigurasi 3 buah router.



Sebelumnya kita akan melakukan beberapa langkah konfigurasi yaitu sebagai berikut:

Kita siapkan sebuah .rsc file yang berisi konfigurasi router. File ini biasanya hasil dari back-up konfigurasi router dengan metode 'Export-Import'. Kita juga bisa membuatnya menggunakan aplikasi text editor seperti Notepad, Notepad++, Texteditor, TextEdit, Microsoft Word, OpenOffice Writer.



Selanjutnya, kita buka aplikasi Netinstall dan jalankan Flashfig. Disini kita akan setting parameter Boot Client Address. Untuk IP Address yang kita isikan adalah yang satu subnet dengan IP Address dari perangkat PC/Laptop dimana kita menjalankan aplikasi Netinstall.



Kemudian kita akan menambahkan .rsc file yang digunakan untuk konfigurasi pada router. Klik 'Browse' pilih file tersebut (highlight) dan klik 'Select'.



Kemudian, aktifkan mode Flashfig.



Router Board

Setelah kita konfigurasi Flashfig pada sisi perangkat PC/Laptop, selanjutnya kita konfigurasi RouterBoard. Secara default Flashfig Mode pada beberpa router sudah aktif, dalam artian kita tidak perlu konfigurasi lagi pada sisi RouterBoard.

Namun pada versi RouterOS yang baru kebanyakan belum aktif untuk Flashfig mode. Sehingga kita bisa secara manual mengaktifkannya. Kita bisa melakukan remote routerboard menggunakan Winbox atau via Console kemudian kita konfigurasi seperti berikut:

/system routerboard settings set boot-device=flash-boot
atau bisa juga dengan Command Line berikut,
/system routerboard settigs set boot-device=flash-boot-once-then-nand
Nah, Router telah siap untuk dilakukan 'Flashfig'.






Senin, 02 Mei 2016

Konflik Captain America: Civil War Berawal dari Insiden Ini

Actor Civil War
Sementara konflik antara Captain America dan Iron Man dalam Captain America: Civil War sudah diumumkan, namun penyebab utamanya masih dirahasiakan oleh Marvel Studios. Akan tetapi, sebuah sumber belakangan telah menyebarkannya.

Menurut Comicbook.com, Selasa (11/8/2015), bocoran penyebab konflik di film ketiga Captain America ini, pertama kali disebarkan oleh laman Heroic Hollywood.

Laman tersebut menjabarkan kalau salah satu insiden internasional yang membawa kepada tragedi berdarah Sokovia Accords, menjadi penyebab konflik utama di film Civil War. Kutipan artikel menyebutkan sebagai berikut:

"Rumornya, menurut sumber terpercaya, insiden internasional dalam film yang melibatkan Avengers hingga menghasilkan kerusakan parah yang melibatkan Captain America dan Scarlet Witch saat mencoba untuk menangkap Crossbones.

"Satu-satunya masalah adalah Crossbones mengenakan rompi bunuh diri yang berisi penuh bahan peledak besar. Demi melindungi warga sipil, Captain America memerintahkan Scarlet Witch untuk membuat Crossbones melayang di atas tanah.

"Ia melakukannya dan sayangnya tidak dapat menahan ledakan besar yang dipicu di dekat sebuah bangunan penduduk hingga menyebabkan kematian dan kehancuran."

Bagi fans komik, Crossbones bisa dianggap sebagai pengganti New Warriors dari komik sebagai pemicu insiden dalam kisah Civil War versi film ini. Namun itu pun kalau rumor ini benar-benar ada di tangan kru dan pihak studio.

Walaupun ada bau spoiler dari adegan tersebut, namun dasar cerita seperti itu boleh dibilang sangat luar biasa. Apalagi bagi para fans Marvel yang ingin film ini terlihat lebih baik dari Batman v Superman: Dawn of Justice garapan DC Entertainment dan Warner Bros.

Rumor tersebut juga mengkonfirmasi istilah 'Accords' yang disebutkan oleh Captain America di ending post-credit Ant-Man sebagai sebuah nama insiden. 

Sinopsis resmi yang telah beredar sebelumnya adalah sebagai berikut: 

"Captain America: Civil War dimulai saat Avengers: Age of Ultron berakhir. Steve Rogers alias si Captain America menjadi pemimpin dari tim baru Avengers sebagai upaya kumpulan superhero ini menjaga perdamaian di Bumi. Setelah terjadi lagi sebuah insiden internasional yang melibatkan superhero Avengers membuat petaka yang tak diinginkan, tekanan politik memuncak untuk membuat sebuah sistem yang mengatur kerja para superhero. Sebuah lembaga juga dibentuk untuk mengatur kapan saja superhero dibutuhkan untuk bekerja. Kondisi status quo baru ini membuat Avengers jadi pincang. Padahal di saat bersamaan mereka juga harus melindungi Bumi dari ancaman penjahat baru."

Captain America: Civil War berpusat pada pertikaian antara Captain America dan Iron Man karena adanya insiden berdarah dan masalah registrasi manusia super. Keduanya pun membentuk kubu masing-masing demi membuktikan siapa yang benar.

Filmnya akan membawa kembali Chris Evans sebagai Captain America, Robert Downey Jr. sebagai Iron Man, Scarlett Johansson sebagai Black Widow, dan Sebastian Stan sebagai Winter Soldier. Captain America: Civil War bakal tiba di AS pada 6 Mei 2016 mendatang. (Rul/Ade)

Sumber : showbiz.liputan6.com

"AADC? 2", Menguji Kisah Cinta dan Rangga

Dian Sastrowardoyo dan Nicholas Saputra, saat konferensi pers di Jakarta, Senin (25/4/2016).
Sekuel film Ada Apa dengan Cinta? 2 akan menguji kisah asmara Cinta (Dian Sastrowardoyo dan Rangga (Nicholas Saputra) yang sempat terpisahkan oleh jarak selama 14 tahun.

Disutradarai oleh Riri Riza, AADC?? 2 akan menjawab rasa penasaran akan kelanjutan hubungan asmara Cinta dan Rangga.

Cerita film ini diawali dengan pertemuan kembali Geng Cinta di sebuah tempat di Jakarta untuk bereuni.

Cinta, Maura (Titi Kamal), Milly (Sissy Priscillia), dan Karmen (Adinia Wirasti) memutuskan memilih Yogyakarta sebagai tempat tujuan berlibur bersama. Sayangnya, kali ini tidak ada lagi Alya (Ladya Cheryl).

Di tempat terpisah, Rangga yang tengah berada di New York, Amerika Serikat (AS), memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Bekerja serabutan di AS, Rangga bertujuan ke Indonesia untuk memperbaiki hubungannya dengan sang ibu.

Ketika transit di Jakarta, Rangga mencoba berkunjung ke kediaman Cinta. Namun, Cinta sudah tidak tinggal di tempat tersebut. Rangga pun langsung pergi ke Yogyakarta, tempat sang ibu berada.

Singkat cerita, Rangga dan Cinta akhirnya bertemu berkat campur tangan dari ketiga sahabatnya yang tidak sengaja melihat Rangga di Yogyakarta.

Alasan Milly, Maura, dan Karmen sederhana saja. Mereka hanya ingin Cinta mendapatkan jawaban dari Rangga.

Selama pertemuan itu, Cinta langsung meluapkan amarahnya kepada Rangga. Setelah dijelaskan duduk permasalahannya oleh Rangga, Cinta luluh dan memilih berdamai dengan Rangga.

Dalam satu hari itu, Cinta dan Rangga berkeliling dan menjelajahi berbagai destinasi Kota Yogyakarta hanya untuk melepas kangen dan berbagi cerita setelah berpisah selama 14 tahun.

Apakah pertemuan Rangga dan Cinta itu akan mempersatukan keduanya? Atau malah akan menjadi memori perpisahan untuk selama-lamanya?

Produser dan penulis skenario Mira Lesmana terlihat cukup apik mengemas kisah Rangga dan Cinta.

Sejak film pertama dirilis pada 2002 lalu, sifat dari kedua karakter utama tersebut tetap dipertahankan. Tentu saja setelah 14 tahun mereka telah menjadi pribadi yang dewasa.

Di luar romansa Cinta dan Rangga, lelucon-lelucon Geng Cinta membuat film berdurasi 1 jam 52 menit itu lebih hidup.

Film Ada Apa dengan Cinta? 2 diputar serentak di seluruh Indonesia mulai Kamis (28/4/2016).

Sumber : kompas.com